Wednesday, August 19, 2009

Selamat Malam dan Selamat Tinggal


Sudah hampir satu jam kami membisu setelah perang mulut yg menguras energi. Mala mini untuk kesekian kali ia memintaku untuk meninggalkannya karena alas an-alasan klise bahwa dia hanya bisa menyakitiku. Aku memilih untuk diam, ini adalah aksi diam pertamaku selama 5 tahun kami bersama, karena biasanya aku selalu memohon-mohon untuk memperbaiki semuanya lagi.

“sebaiknya kita sendiri-sendiri dulu sekarang” itulah kalimat pertamaku yg memecah keheningan. Ia memandangiku garang, aku bisa melihat raut kebingungan di wajahnya “ini bukan kamuh, kamuh berubah” nada suaranya meninggi “aku hanya manusia biasa, aku fleksibel dan pastinya bisa bereaksi akan sesuatu”. “jadi maksudmu kita selesai ?”

selesai ? kata itu terlalu menyakitkan, karena sesungguhnya aku tak pernah ingin ini semua terjadi. Ia teramat sangat berharga untukku, tapi beberapa waktu terakhir ini aku menyadari bahwa lebih banyak sakit hati dibanding rasa sayang dalam hubungan ini.
Semuanya seperti formalitas belaka. Formalitas yg didasarkan pada rasa sayang, namun hambar. Aku tak dapat merasakan semuanya lagi. Terlalu jauh berbeda dibandingkan tahun-tahun pertama kami. Jadi bolehkah aku bertanya untuk apa kami tetap bersama jika semuanya semu ?

Aku tak pernah tau apa yg mendasarkan seseorang memulai kemudian memilih untuk mengakhiri. Tapi yg aku tau sekarang bahwa aku memulai karena sayang dan mengakhiri karena sayang pula. Aku memang masih membutuhkannya dan aku sadar bahwa setelah kejadian ini aku akan sendiri. Tak ada lagi alarm di pagi hari dan lagu tidur terbaik di malam hari.

Aku memandangi wajahnya dalam, semuanya tetap sama walau sinar matanya mengirimkan isyarat penyesalan. aku berdiri menghampirinya, memeluk tubuhnya denga tulus. membiarkan titik air itu pecah di mataku. aku memandangi wajahnya sekali lagi. dia tetap lelakiku dan aku mencintainya.

“aku tau aku pernah melakukan kesalahan yg sebenarnya tak pantas untuk dimaafkan dan kamu mengharapkan aku memaafkanmu atas semua perubahan ini sebagaimana kamu memaafkanku. tapi sungguh ini tak ada hubungannya dengan rasa bersalah dan minta maaf, karena sesungguhnya ng ada yg harus dan pantas disalahkan. Kamu akan jauh lebih baik tanpa orang yg bisanya cuma marah-marah dan ngeluh, kamu juga akan jauh lebih baik dengan orang yg hampir setiap hari dapat membuatmu tertawa. Maaf karena aku memilih menyerah untuk mengertimu”
akupun berlari keluar, menyalakan mobilku kemudian menghilang di kegelapan malam.

kenangan kami akan selalu ada dimanapun kami pernah mengukirnya dan cinta ini nyata. 

"selamat malam dan selamat tinggal lelakiku"

aldila190809-4.18pm (saat aku menyadari bahwa Tuhan itu adil)

No comments:

Post a Comment